Langsung ke konten utama

Keutamaan Lailatul Qadar: Malam yang Penuh Berkah

 

Lailatul Qadar adalah salah satu malam paling istimewa dalam Islam yang terjadi pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Malam ini memiliki keutamaan yang luar biasa karena merupakan malam penuh berkah dan ampunan, dimana Allah SWT akan melipatgandakan pahala bagi setiap amal ibadah yang dilakukan. Keutamaan Lailatul Qadar dijelaskan secara langsung dalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW.

 

Makna dan Keutamaan Lailatul Qadar

Lailatul Qadar memiliki makna sebagai malam ketetapan. Pada malam ini Allah SWT menentukan segala urusan makhluk-Nya untuk satu tahun kedepan. Malam ini lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada Lailatul Qadar. Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Sejahteralah (malam itu) hingga terbit fajar." (QS. Al-Qadr: 1-5)

Ayat ini menunjukkan bahwa ibadah yang dilakukan pada malam Lailatul Qadar memiliki nilai pahala lebih besar dibandingkan ibadah yang dilakukan selama seribu bulan atau sekitar 83 tahun.

 

Keutamaan Lailatul Qadar dalam Hadits

Banyak hadits Rasulullah SAW yang menjelaskan keutamaan malam Lailatul Qadar. Salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA:

"Barang siapa yang melaksanakan shalat pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa Lailatul Qadar adalah malam yang penuh ampunan. Bagi mereka yang menghidupkan malam ini dengan ibadah seperti shalat, dzikir, dan membaca Al-Qur’an, maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

 

Tanda-Tanda Lailatul Qadar

Rasulullah SAW tidak menyebutkan tanggal pasti Lailatul Qadar, tetapi malam ini diyakini terjadi pada salah satu dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, khususnya malam-malam ganjil seperti malam ke-21, 23, 25, 27, atau 29. Terdapat beberapa tanda yang disebutkan dalam hadits mengenai malam ini, di antaranya:

1.           Udara dan suasana malam yang tenang – Tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.

2.           Cahaya bulan terlihat lebih lembut dan tenang.

3.           Keesokan harinya, matahari terbit tanpa sinar yang menyilaukan – Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Ubay bin Ka‘ab RA: “Pada pagi harinya, matahari terbit dalam keadaan jernih tanpa sinar yang menyilaukan.” (HR. Muslim)

 

Kegiatan yang Dianjurkan pada Malam Lailatul Qadar

Karena keutamaannya yang luar biasa, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk memperbanyak ibadah pada malam-malam terakhir bulan Ramadhan terutama di malam-malam ganjil. Beberapa amalan yang dianjurkan antara lain:

1.           Melaksanakan shalat malam (qiyamul lail) – Memperbanyak shalat sunnah seperti Tahajud dan Witir.

2.           Memperbanyak doa – Rasulullah SAW mengajarkan doa khusus untuk malam ini:

“Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa‘fu ‘anni.”
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan menyukai pengampunan, maka ampunilah aku.” (HR. Tirmidzi)

3.           Membaca Al-Qur’an – Memperbanyak tilawah Al-Qur’an sebagai bentuk mendekatkan diri kepada Allah.

4.           Beristighfar dan berdzikir – Memohon ampunan dan mengingat Allah SWT.

5.           Bersedekah – Menambah amal kebaikan dengan berbagi kepada sesama.

 

Kesimpulan

Lailatul Qadar adalah malam penuh berkah yang lebih baik dari seribu bulan. Pada malam ini, Allah SWT memberikan kesempatan bagi hamba-Nya untuk mendapatkan ampunan dan pahala yang berlipat ganda. Oleh karena itu, setiap Muslim dianjurkan untuk menghidupkan malam ini dengan ibadah dan memperbanyak doa. Semoga kita semua diberikan kesempatan untuk meraih kemuliaan Lailatul Qadar dan mendapatkan rahmat serta ampunan dari Allah SWT. Aamiin.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Harlah : Catatan kecil dalam sebuah perjalanan

         Sebuah catatan ini saya tuliskan ketika disela sela saya melihat story tentang ucapan harlah yang banyak bersliweran di story media sosial. Februari 2025 merupakan bulan ke 2 yang mungkin bagi sebagian orang bulan biasa tanpa perayaan apapun di dalamnya kecuali kalian ulang tahun. Nah di momen ini bagi sebagian orang lain merupakan momentum yang ditunggu yakni tanggal 24 Februari 2025 menjadi harinya rekan-rekan IPNU.      Di hari itu juga, momen yang tepat untuk merefleksi dan  memaknai kembali setahun bahkan lebih ketika mengenal IPNU pada pertama kalinya dan proses didalamnya. Ya, tentunya banyak yang berterima kasih di ruang juang ini. Tapi bagi saya yang selalu berpikiran suudzon terhadap sesuatu izinkan saya untuk menuangkan beberapa keresahan saya dalam bentuk refleksi yang saya catat kali ini.      Ya, betul banyak sekali yang berterima kasih berproses namun layaknya seorang sopir yang harus tahu tentang m...

kalimat Wong Liyo Ngerti Opo? menjelma menjadi kalimat filosofis yang menggantikan peran Stoicism di kalangan anak muda jawa

  Belakangan ini sering muncul di beranda media sosial yang sering di gunakan oleh kalangan anak muda yaitu TikTok, sebuah konten viral yang membuat beberapa kalangan terheran bukan main karena di dalam konten tersebut seperti membandingkang sebuah kalimat biasa dengan sebuah mazhab filsafat yang tentunya memiliki banyak penganut di masa ini yaitu Stoicism. Tidak kaget melihat banyak orang keheranan dengan konten tersebut, Lha wong Cuma kalimat Wong Liyo Ngerti Opo? kok bisa-bisanya dibandingkan dengan Stoicism. sekilas sangat tidak apple to apple atau tidak sebanding, karena mazhab filsafat ini telah berkembang begitu lama dan telah melalui pembahasan serta perdebatan yang begitu panjang. Ibaratnya Stoicism ini sebuah kapal pesiar yang telah malang melintang mengarungi samudra harus bergelut dengan prahu gethek yang terbuat dari bambu. Stoicism adalah aliran filsafat Yunani yang mengedepankan penerimaan dan pengendalian diri atas segala sesuatu yang tentunya sangat relate ...

Siapa Aku?

  ALYA SHOPIA kader IPPNU yang sedang perjalanan pulang selepas rapat, Ketika sampai di depan rumah, Alya melihat Pria di depan rumahnya dengan sebuah kutipan di belakang kaosnya “Cogito Ergo Sum” (aku berpikir, maka aku ada) – René Descartes 1596. Membuat Alya terkesan dan menghampirinya. Alya menatapnya, mencoba mengenali wajahnya yang begitu tertutup. “Siapa Kamu ?” Tanya Alya tanpa sadar Pria itu terdiam sejenak, lalu menjawab “Aku.... aku adalah bagian dari dirimu yang belum kamu kenali” Dengan rasa penasaran yang masih menggantung dikeplanya, Alya meninggalkan pria misterius itu sambil menggaruk kepalanya. Sampai di depan pintu Alya melihat Amplop Surat tergelatak. Tak ada petunjuk pengirim, hanya sebait kalimat: “Siapa sebenarnya dirimu, Alya? , Apa makna pilihan yang kamu buat hari ini?” Baru beberapa detik membaca, jantungnya berdebar, di balik kesederhanaan kata itu tersembunyi misteri yang bisa mengguncang segala keyakinan tentang jati diri. Hari itu,...