Tradisi secara umum kita ketahui sebagai
kebiasaan turun-temurun yang masih dijalankan dan dirawat dalam masyarakat,
disamping itu juga sebagai penilaian atau sebuah anggapan bahwa cara-cara yang
telah ada merupakan sesuatu yang baik dan benar.
Sebagai anak muda yang digadang-gadang akan
menjadi generasi penerus, selayaknya tidak melupakan praktik-praktik tradisi
yang sudah berkembang di masyarakat. Itu sebagai wujud penghormatan terhadap
leluhur serta bentuk pengingat akan kedirian agar tidak tercerabut oleh perkembangan
zaman.
Kemajuan teknologi seharusnya dapat
dimanfaatkan untuk lebih memperkenalkan tradisi-tradisi yang sudah ada sejak
dulu, serta dapat menjadi alternatif untuk dapat memudahkan merawat sebuah
tradisi.
Media sosial dapat diibaratkan seperti
pisau yang dapat mencelakai dan bermanfaat bagi masyarakat secara sekaligus. Pemanfaatan
media sosial tergantung dari siapa penggunanya dan untuk apa digunakannya,
karena dapat memengaruhi persepsi publik terhadap hal tertentu.
Pengguna media sosial tidak hanya
perorangan saja tetapi juga kelompok-kelompok, termasuk sebuah organisasi.
Dalam organisasi hampir semuanya sudah memanfaatkan media sosial dalam memperkenalkan,
membranding, bahkan menyampaikan pesan terhadap khalayak umum untuk
kegiatan-kegiatan yang akan atau sedang dilakukan.
Pemilihan media sosial sebagai ruang
berekspresi setiap organisasi tentunya menjadi pilihan yang tepat di era
digitalisasi, karena cakupannya yang sangat luas dan tidak terbatas dalam ruang
dan waktu tertentu, menjadi alternatif yang memudahkan untuk menyampaikan
sebuah pesan.
Ramadhan menjadi salah satu ajang
belomba-lomba dalam kebaikan. Media digunakan sebagai sumber informasi dalam
menyampaikan beberapa hal yang bersifat informatif, yang banyak kita jumpai di
platform-platform media seperti fadhilah sholat tarawih, jadwal imsakiyah,
amalan-amalan menjemput malam Lailatul qodar, dan masih banyak
informasi-informasi yang bermanfaat lainnya yang dapat dengan mudah diakses
lewat media sosial.
Pamflet-pamflet kajian ramadhan
menggunakan literatur kitab-kitab klasik atau biasa kita sebut kitab kuning
sudah menjadi tradisi di bulan suci yang dilaksanakan secara offline maupun
online juga banyak mewarnai beranda medsos. Kajian secara daring dapat
memudahkan bagi kelompok-kelompok organisasi yang anggotanya dari berbagai
wilayah atau individu tertentu agar bisa melaksanaan kajian tanpa terbatas
ruang.
Diskusi mengenai isu-isu terkini,
sosialisasi dan seminar, bahkan bedah buku tertentu juga sekarang bisa dengan
mudah dilakukan melalui media sosial. Hal ini tentunya menjadi sebuah anugerah
yang bisa dimaksimalkan dan dimanfaatkan generasi saat ini.
Momen berbagi takjil juga menjadi tradisi
yang tidak bisa dilepaskan di kalangan masyarakat. Banyak dijumpai di jalan-jalan
yang ramai dilalui masyarakat, kelompok-kelompok organisasi atau individu
tertentu berlomba-lomba untuk berbagi kepada sesama. Dewasa ini momen berbagi
takjil banyak yang diabadikan di media sosial dengan harapan dapat menjadi
motivasi bagi pihak-pihak lain agar tergerak untuk berbagi terhadap sesama.
Manfaat media sosial tentunya dapat
dirasakan karena kemudahan-kemudahan dalam akses yang diberikan. Di lain sisi,
mudahnya akses berbagai informasi dan konten ini juga menjadi warning
karena informasi dan konten yang disajikan di media sosial itu sangat bebas dan
tidak semua hal yang ada di medsos dapat dijadikan sebagai tontonan dan
tuntunan.
Bijaklah dalam menggunakan media sosial,
karena saat ini bukan hanya mulutmu harimaumu, tetapi juga jarimu harimaumu. Semoga
apa yang dibagikan di media sosial dapat memberikan manfaat dan menginspirasi
banyak orang.
Kontributor
: Rizky Syariful Fikri
Editor : Wiwid Fitriyani
Design : M. Helmi Kurniawan
Komentar
Posting Komentar