Langsung ke konten utama

Idelogi Dunia Tentang Masa Khulafaurrosyidin : Warisan Kepemimpinan Islam Yang Membentuk Peradaban Manusia

Dalam sejarah agama Islam, tepat setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, umat Islam tentu menghadapi tantangan yang sangat besar, dimana berbagai pertanyaan mulai muncul tentu garis besarnya adalah "Siapa yang akan melanjutkan kepemimpinan umat setelah Nabi Muhammad wafat ini?".  Sebagai jawaban mulailah hadir dan dikenal oleh masyarakat, beliau adalah tokoh-tokoh berjiwa pemimpin yang tidak hanya memikirkan kekuasaan, akan tetapi juga memikirkan tentang keimanan, ketakwaan sampai pada keteladanan. Beliaulah yang kemudian dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin.

Empat tokoh hebat ini terdiri dari Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan dan juga Ali bin Abi Thalib. Beliau bukan hanya tokoh yang aktif dalam bidang politik, tetapi juga sosok sahabat yang sangat dekat dengan Nabi Muhammad SAW bahkan beliau belajar dan memahami ajaran agama Islam langsung dari sumber utamanya.

            Masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin bisa dikatakan cukup lama yakni mulai tahun 632 - 661 M. Pada masa inilah banyak masyarakat yang menyebutnya sebagai masa keemasan bagi umat Islam, salah satu faktor yang mendukung pendapat tersebut karena kuatnya prinsip keadilan, musyawarah dan pelayanan masyarakat, bukan hanya karena kemewahan ataupun kekayaan.

Abu Bakar Ash-Shidiq sang Penjaga Persatuan di saat kritis Abu Bakar bukanlah orang sembarangan. Ia adalah sahabat yang paling dekat dengan Nabi Muhammad, orang pertama dari kalangan laki-laki dewasa yang memeluk agama Islam dan selalu mendampingi Nabi, bahkan sampai saat Nabi hijrah ke Madinah.

            Ketika Nabi Muhammad wafat, umat Islam sempat terguncang. Sebagian menolak kenyataan. Dalam situasi seperti itu Abu Bakar tampil dan berkata, "Barang siapa menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tidak akan pernah mati." Kata-kata dari beliaulah yang cukup menenangkan umat.

Selama dua tahun kepemimpinannya, beliau menghadapi tantangan berat seperti : munculnya nabi-nabi palsu, orangorang yang menolak zakat, dan berbagai ancaman perpecahan, tetapi Abu Bakar tidak tinggal diam saja. Beliau mengirim pasukan untuk memadamkan pemberontakan, dan membuktikan bahwa Islam bukan hanya agama spiritual, tapi juga sistem kehidupan dan perlindungan.

            Yang tidak kalah pentingnya, Abu Bakar memulai pengumpulan mushaf Al-Qur'an karena banyak penghafal Al-Qur'an yang gugur di medan perang. Tanpa keputusan ini, mungkin hari ini kita tidak akan memiliki mushaf Al-Qur'an seperti yang kita kenal.

            Umar bin Khattab sang Reformatur Besar dalam Sejarah Islam. Umar bin Khattab dikenal sosok yang tegas dan sangat adil. Beliau memimpin selama sepuluh tahun dan membawa Islam meluas ke luar Jazirah Arab. Wilayah Persia, Mesir, Syam dan juga Yerussalem yang berada di bawah kekuasaan Islam pada masanya.

Perluasan wilayah adalah sistem pemerintahan penting yang beliau bangun. Beliau membentuk Provinsi-provinsi, menunjuk gubernur yang bertanggung jawab, membentuk sistem pengadilan, mengatur keuangan negara bahkan membuat lembaga pengawasan agar pejabat tidak melakukan korupsi. Penetapan kalender Hijriyah sebagai penanggalan resmi umat Islam terjadi pada masa kepemimpinan beliau.

Umar bin Khattab tidak hidup dalam istana, beliau tidur hanya beralaskan tanah berbaur dengan masyarakat sering juga beliau menyamar untuk melihat keadaan masyarakatnya. Sampai pada suatu hari beliau memikul sendiri karung gandum untuk seorang ibu miskin, saat ajudannya menawarkan bantuan, beliau berkata "Apakah kau juga akan memikul dosaku di hari kiamat nanti?"

 

            Sayangnya beliau wafat karena ditikam oleh seorang budak bernama Abu Lu'lu'ah saat sedang memimpin salat. Tetapi warisan sistemnya masih dikenal sepanjang masa.

            Utsman bin Affan sang Dermawan dan Penjaga Al-Qur'an. Utsman adalah sahabat yang lembut, pemalu tapi sangat dermawan. Beliau menikahi dua putri Nabi itulah sebabnya dijuluki 'Dzun Nurain' yang memiliki dua cahaya.

Selama masa pemerintahannya, umat Islam semakin tersebar ke berbagai penjuru dunia. Tantangannya pun semakin besar, termasuk dalam hal bahasa dan budaya. Ketika mulai muncul perbedaan dalam bacaan Al-Qur'an, Utsman mengambil keputusan penting seperti : menyusun mushaf Al-Qur'an standar berdasarkan bacaan Quraisy kemudian menggandakan dan mengirimkannya ke berbagai wilayah.

            Keputusan tersebut sangat krusial, bisa dibayangkan betapa sulitnya menjaga kemurnian teks suci saat umat Islam sudah tersebar ke daerah-daerah yang berbeda bahasa. Langkah Utsman menyelamatkan Al-Qur'an dari kemungkinan perpecahan teks.

            Namun, tantangan politik dalam negerinya juga besar. Beberapa pihak mengkritik pengangkatan kerabatnya sebagai pejabat, yang dianggap sebagai nepotisme. Ketegangan ini berkembang menjadi pemberontakan dimana Utsman dikepung di rumahnya sendiri dan akhirnya dibunuh saat sedang membaca Al-Qur'an. Sebuah akhir yang tragis bagi sosok yang mengorbankan hidupnya untuk menjaga kalam Illahi

Ali bin Abi thalib sang Pejuang Keadilan di Tengah Konflik. Ali merupakan sepupu dan menantu Nabi Muhammad SAW serta salah satu pemeluk agama Islam pertama. Beliau dikenal sebagai pribadi yang cerdas, pemberani dan saleh. Namun, masa kepemimpinannya sangat rumit. Beliau menghadapi konflik internal yang belum pernah terjadi sebelumnya.

            Dua perang besar terjadi di masa pemerintahannya antara lain seperti : Perang Jamal melawan pasukan Aisyah, Thalhah dan Zubair serta Perang Shiffin melawan Muawiyah, gubernur Syam. Dua perang ini bukan karena perbedaan cara memandang keadilan atas pembunuhan Utsman.

Ali terus berusaha menegakkan hukum dan menyatukan umat, meskipun banyak pihak memusuhinya. Beliau hidup sederhana, bahkan ketika menjadi Khalifah, beliau menolak kekayaan pribadi dan tetap makan seperti rakyat biasa.

            Ali akhirnya dibunuh oleh seorang anggota Khawarij saat hendak menuju masjid. Tapi hingga kini, Ali dikenang sebagai salah satu tokoh paling cerdas dan berani dalam sejarah agama Islam, yang memperjuangkan keadilan meskipun falam kesendirian.

            Teladan yang perlu dihidupkan kembali dari masa Khulafaur Rasyidin bukan hanya nama-nama dalam buku sejarah. Beliau adalah simbol integritas, ketegasan, keadilan dan pengorbanan. Masa kepemimpinan beliau bukan berlandaskan ambisi pribadi tetapi karena sebuah amanah. Bukan untuk memerintah, tapi untuk melayani.

            Di tengah zaman yang dipenuhi krisis kepemimpinan, sosok Khulafaur Rasyidin harusnya menjadi kilas balik untuk mengubah peradaban manusia, dimana beliau semualah contoh nyata bagaimana kekuasaan bisa berjalan seiring dengan iman. Beliau membuktikan bahwa politik dalam Islam bukan hanya soal strategi, tetapi soal tanggung jawab di hadapan Allah SWT.

            Menghidupkan kembali semangat Khulafaur Rasyidin bukan berarti kembali ke masa lalu secara fisik, tetapi bagaimana cara kita mengambil nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah untuk dibawa ke masa kini, misalnya seperti : musyawarah, keadilan sosial, kejujuran, keberanian menegakkan kebenaran dan tentunya pelayanan terbaik kepada rakyat.

Kontributor : Dikamilanuramalia

Editor          : Ahmad Robith

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Harlah : Catatan kecil dalam sebuah perjalanan

         Sebuah catatan ini saya tuliskan ketika disela sela saya melihat story tentang ucapan harlah yang banyak bersliweran di story media sosial. Februari 2025 merupakan bulan ke 2 yang mungkin bagi sebagian orang bulan biasa tanpa perayaan apapun di dalamnya kecuali kalian ulang tahun. Nah di momen ini bagi sebagian orang lain merupakan momentum yang ditunggu yakni tanggal 24 Februari 2025 menjadi harinya rekan-rekan IPNU.      Di hari itu juga, momen yang tepat untuk merefleksi dan  memaknai kembali setahun bahkan lebih ketika mengenal IPNU pada pertama kalinya dan proses didalamnya. Ya, tentunya banyak yang berterima kasih di ruang juang ini. Tapi bagi saya yang selalu berpikiran suudzon terhadap sesuatu izinkan saya untuk menuangkan beberapa keresahan saya dalam bentuk refleksi yang saya catat kali ini.      Ya, betul banyak sekali yang berterima kasih berproses namun layaknya seorang sopir yang harus tahu tentang m...

Siapa Aku?

  ALYA SHOPIA kader IPPNU yang sedang perjalanan pulang selepas rapat, Ketika sampai di depan rumah, Alya melihat Pria di depan rumahnya dengan sebuah kutipan di belakang kaosnya “Cogito Ergo Sum” (aku berpikir, maka aku ada) – RenĂ© Descartes 1596. Membuat Alya terkesan dan menghampirinya. Alya menatapnya, mencoba mengenali wajahnya yang begitu tertutup. “Siapa Kamu ?” Tanya Alya tanpa sadar Pria itu terdiam sejenak, lalu menjawab “Aku.... aku adalah bagian dari dirimu yang belum kamu kenali” Dengan rasa penasaran yang masih menggantung dikeplanya, Alya meninggalkan pria misterius itu sambil menggaruk kepalanya. Sampai di depan pintu Alya melihat Amplop Surat tergelatak. Tak ada petunjuk pengirim, hanya sebait kalimat: “Siapa sebenarnya dirimu, Alya? , Apa makna pilihan yang kamu buat hari ini?” Baru beberapa detik membaca, jantungnya berdebar, di balik kesederhanaan kata itu tersembunyi misteri yang bisa mengguncang segala keyakinan tentang jati diri. Hari itu,...

Kawan atau sekedar Klik

  Ponsel Alya bergetar berkali-kali sebelum azan Subuh. Kembali, grup WhatsApp IPNU-IPPNU penuh dengan pesan. Semuanya dimulai dengan poster pendidikan, stiker, jokes, dan perdebatan panjang tanpa peringatan tentang siapa yang bertanggung jawab atas jadwal pengajian. Bahasa mulai meninggi. Perlahan-lahan muncul sarkas, seolah-olah mereka dapat membenarkan sikap yang tidak akan pernah mereka katakan jika mereka berhadapan langsung. "Kenapa sih grup pengkaderan malah seperti ring tinju?" tanya Rania, yang masih terpejam. Alya hanya berfokus pada layar. Ia merasa ada kesalahan. Namun, di mana letak kesalahannya? Di kelas filsafat keesokan harinya, Dosen Munir menulis sebuah kalimat besar di papan tulis: “mengatakan sesuatu berarti melakukan sesuatu” Alya memperhatikannya baik-baik. Austin (1911) filsuf Inggris, meyakini bahwa ucapan manusia bukan sekadar deskripsi. Ucapan adalah tindakan. Ketika seseorang mengatakan "saya janji" , ia tidak hanya menyebut fakt...