Langsung ke konten utama

Ideologi Dunia Pasca Khulafaurrosyidin

 


Setelah masa Khulafaur Rasyidin, yaitu masa kepemimpinan empat khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali), muncul dinasti Bani Umayyah sebagai kekhalifahan Islam pertama. Dinasti ini dipimpin oleh Muawiyah bin Abu Sofyan dan memiliki masa kejayaan yang panjang. Selain Bani Umayyah, ada juga Dinasti Abbasiyah yang berkuasa setelahnya.

Bani Umayyah adalah dinasti Islam yang sangat berjaya. Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sofyan yang tak lain pemimpin Quraisy kaya raya dan dihormati sosoknya.

Dinasti Islam tersebut berdiri setelah masakepemimpinan Khulafaur Rasyidin. Diterangkan dalam buku Selayang Pandang Dinasti Umayyah tulisan Rizem Aizid, bani Umayyah didirikan pada 41 H atau sekitar 661 M.

Masa pemerintahan bani Umayyah yaitu hampir satu abad. Runtuhnya dinasti Islam pertama ini terjadi pada 750 M.

Penamaan Umayyah sendiri didasarkan dari tokoh penting Quraisy yang bernama Umayyah bin Abd al-Syam. Syukur Al Azizi dalam karyanya yang berjudul Sejarah Terlengkap Peradaban Islam menjelaskan bahwa Umayyah merupakan nama dari leluhur penting yang tak lain adalah kakek dari Abu Sufyan, kemudian menjadi ayah dari Muawiyah yaitu pendiri bani Umayyah.

Mulanya, bani Umayyah berdiri karena peristiwa tafkhim setelah pecahnya pertempuran di Shiffin, Daumatul Jandal. Hasan yang kala itu menggantikan sang ayah, Ali bin Abi Thalib, mengadakan perjanjian damai dengan Muawiyah agar pemberontakan yang terjadi tidak sampai menghancurkan keutuhan umat Islam.

Demi mencapai perdamaian, Khalifah Hasan bin Ali mengirimkan surat melalui Amr bin Salmah al- Arabi yang berisi pesan perdamaian. Hasil dari perundingan tersebut, Hasan mengajukan syarat bahwa ia bersedia menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah dengan beberapa ketentuan.


Dan di kepemimpinan bani umayyah ada 14 pemimpin di dalam dinasti ini yaitu :

14 Khalifah Dinasti Umayyah

·       Mu'awiyah bin Abu Sufyan (41-60 H/661-680 M)

·       Yazid bin Mu'awiyah (60-64 H/680-683 M)

·       Mu'awiyah bin Yazid (64-64 H/ 683-683 M)

·       Marwan bin Hakam (64-65 H/683-685 M)

·       Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M)

·       Al-Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)

·       Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/ 715-716 M)

·       Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/715-720M)

·       Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/720-724 M)

·       Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/724-743 M)

·       Walid bin Yazid (125-126 H/743-744 M)

·       Yazid bin Walid (126-127 H/744-744 M)

·       Ibrahim bin Walid (127-127 H/744-745 M)

·       Marwan bin Muhammad (127-132 H/745-750 M)

 

            Dari 14 khalifah yang pernah memimpin bani Umayyah, lima di antaranya dianggap berhasil dalam menjalankan roda pemerintahan. Mereka adalah Mu'awiyah bin Abi Sufyan, Abdul Malik bin Marwan, Al- Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz, dan Hisyam bin Abdul Malik.

Bani Umayyah merupakan dinasti yang pernah mencapai masa kejayaan pada masa peradaban Islam, tepatnya pada Periode Klasik. Dinasti Bani Umayyah mencapai puncak kejayaannya atau masa keemasan terjadi pada masa khalifah Al Walid bin Abdul Malik.

Al Walid bin Abdul Malik merupakan khalifah ke-6 dalam Dinasti Bani Umayyah. Contoh kejayaan pada masanya adalah Dinasti Umayyah mampu menyediakan tenaga pengajar untuk anak-anak yatim serta menyediakan pemandu jalan bagi tunanetra.


Banyak contoh yang membuktikan kejayaan Dinasti Bani Umayyah pada masa Al Walid bin Abdul Malik. Beberapa di antaranya, yaitu:

·                 Mampu menyediakan tenaga pengajar bagi anak-anak yatim.

·                 Mampu menyediakan pemandu jalan bagi tunanetra.

·                 Memberi subsidi kepada penghafal Al-Qur’an, ulama, fakir, miskin, serta orang-orang yang     lemah.

·                 Melakukan renovasi Masjid Al Aqsa di Palestina serta Masjid Nabi di Madinah.

·                 Mendirikan rumah sakit khusus untuk penderita kusta.

·                 Membangun banyak pabrik dan gedung pemerintahan.

 

Adapun Kehancuran Bani Umayyah di sebabkan oleh :

Bani Umayyah runtuh pada tahun 750 M setelah 91 tahun berkuasa, digulingkan oleh Dinasti Abbasiyah. Penyebabnya antara lain pemberontakan dari kelompok non-Arab (kaum Mawali) yang tidak puas dengan diskriminasi, serta internal seperti perebutan kekuasaan dan perang saudara di antara keluarga Umayyah. Revolusi Abbasiyah, yang didukung oleh berbagai kelompok, akhirnya berhasil menggulingkan Khalifah Marwan II dan membantai sebagian besar keluarganya.

Adapun Penyebab Kehancirannya Bani Umayyah di antaranya yaitu :

·   Pemberontakan kaun Mawali

·   Perang Saudara dan Perebutan Kekuasaan

·   Gerakan Revolusi Abbasiyah

·   Pemberontakan di Berbagai Wilayah

·   Perilaku Foya-foya dan Kemewahan

·   Sistem Pergantian Khalifah yang Tidak Adil

Proses Runtuhnya:

·                 Pertempuran Zab:

Pasukan Abbasiyah, yang dipimpin oleh Abu Muslim al-Khurasani, mengalahkan pasukan Umayyah dalam pertempuran Zab pada tahun 748.

·                 Kekalahan Marwan II:

Khalifah terakhir Umayyah, MarwanII, dikalahkan dan kemudian terbunuh.

·                 Jatuhnya Damaskus:

Ibu kota kekhalifahan, Damaskus, jatuh ke tangan Abbasiyah pada Januari 750.

Bani Abbasiyah membantai sebagian besar keluarga Umayyah.

·                 Abdurrahman  al-Ghafiqi:

Seorang pangeran Umayyah, Abdurrahman al- Ghafiqi, melarikan diri ke Afrika Utara dan kemudian mendirikan kekhalifahan Umayyah di Kordoba, Spanyol.

Dengan runtuhnya Kekhalifahan Umayyah, Dinasti Abbasiyah menjadi penguasa kekhalifahan dan pusat kekuasaan Islam pindah ke Baghdad.

berdirinya bani umayyah setelah periode kepemimpinan Khilafaur Rosidin,dimana periode kepemimpinan islam setelah Kholifaur Rosidin .

Yang memimpin peetama kali iyalah Mu'awiyah bin Abu Sufyan (41-60 H/661-680 M),dan Bani Umayyah memimpin selama 91 tahun di jananuari 750 M di kepemimpinan Khalifah Marwan II yang di gulingkan di Andalusi waktu itu.

 

 

Kontributor : Wan Kris Bayuputra

Editor          : Ahmad Robith

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Harlah : Catatan kecil dalam sebuah perjalanan

         Sebuah catatan ini saya tuliskan ketika disela sela saya melihat story tentang ucapan harlah yang banyak bersliweran di story media sosial. Februari 2025 merupakan bulan ke 2 yang mungkin bagi sebagian orang bulan biasa tanpa perayaan apapun di dalamnya kecuali kalian ulang tahun. Nah di momen ini bagi sebagian orang lain merupakan momentum yang ditunggu yakni tanggal 24 Februari 2025 menjadi harinya rekan-rekan IPNU.      Di hari itu juga, momen yang tepat untuk merefleksi dan  memaknai kembali setahun bahkan lebih ketika mengenal IPNU pada pertama kalinya dan proses didalamnya. Ya, tentunya banyak yang berterima kasih di ruang juang ini. Tapi bagi saya yang selalu berpikiran suudzon terhadap sesuatu izinkan saya untuk menuangkan beberapa keresahan saya dalam bentuk refleksi yang saya catat kali ini.      Ya, betul banyak sekali yang berterima kasih berproses namun layaknya seorang sopir yang harus tahu tentang m...

Siapa Aku?

  ALYA SHOPIA kader IPPNU yang sedang perjalanan pulang selepas rapat, Ketika sampai di depan rumah, Alya melihat Pria di depan rumahnya dengan sebuah kutipan di belakang kaosnya “Cogito Ergo Sum” (aku berpikir, maka aku ada) – RenĂ© Descartes 1596. Membuat Alya terkesan dan menghampirinya. Alya menatapnya, mencoba mengenali wajahnya yang begitu tertutup. “Siapa Kamu ?” Tanya Alya tanpa sadar Pria itu terdiam sejenak, lalu menjawab “Aku.... aku adalah bagian dari dirimu yang belum kamu kenali” Dengan rasa penasaran yang masih menggantung dikeplanya, Alya meninggalkan pria misterius itu sambil menggaruk kepalanya. Sampai di depan pintu Alya melihat Amplop Surat tergelatak. Tak ada petunjuk pengirim, hanya sebait kalimat: “Siapa sebenarnya dirimu, Alya? , Apa makna pilihan yang kamu buat hari ini?” Baru beberapa detik membaca, jantungnya berdebar, di balik kesederhanaan kata itu tersembunyi misteri yang bisa mengguncang segala keyakinan tentang jati diri. Hari itu,...

Kawan atau sekedar Klik

  Ponsel Alya bergetar berkali-kali sebelum azan Subuh. Kembali, grup WhatsApp IPNU-IPPNU penuh dengan pesan. Semuanya dimulai dengan poster pendidikan, stiker, jokes, dan perdebatan panjang tanpa peringatan tentang siapa yang bertanggung jawab atas jadwal pengajian. Bahasa mulai meninggi. Perlahan-lahan muncul sarkas, seolah-olah mereka dapat membenarkan sikap yang tidak akan pernah mereka katakan jika mereka berhadapan langsung. "Kenapa sih grup pengkaderan malah seperti ring tinju?" tanya Rania, yang masih terpejam. Alya hanya berfokus pada layar. Ia merasa ada kesalahan. Namun, di mana letak kesalahannya? Di kelas filsafat keesokan harinya, Dosen Munir menulis sebuah kalimat besar di papan tulis: “mengatakan sesuatu berarti melakukan sesuatu” Alya memperhatikannya baik-baik. Austin (1911) filsuf Inggris, meyakini bahwa ucapan manusia bukan sekadar deskripsi. Ucapan adalah tindakan. Ketika seseorang mengatakan "saya janji" , ia tidak hanya menyebut fakt...