Islam merupakan agama yang
bersumber dari wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW, melalui malaikat
Jibril, yang tercatat dalam Al-Qur’an. Islam berasal dari kata salam yang
berarti damai dan istislam yang berarti penyerahan diri atau penerimaan dengan
tunduk kepada kehendak Allah. Dalam konteks ini, Islam dapat diartikan sebagai
agama yang mengajarkan penyerahan diri secara total kepada Allah dengan
mengikuti ajarannya yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadis.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW
pada tahun 632 M, umat Islam menghadapi tantangan besar dalam menjaga
kesinambungan ajaran Islam yang telah dibawa oleh Nabi. Salah satu tantangan
utama yang dihadapi adalah menentukan siapa yang akan memimpin umat Islam
setelah Nabi. Tidak ada petunjuk yang jelas dalam Al-Qur'an atau Hadis mengenai
pengganti Nabi Muhammad, yang menyebabkan perdebatan di kalangan para sahabat.
Hal ini mengarah pada pemilihan empat khalifah yang dikenal sebagai Khulafaur
Rasyidin, yang terdiri dari Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
1.
Peristiwa Saqifah Bani Sa'ida dan Pemilihan Abu Bakar
Setelah Nabi Muhammad wafat, para
sahabat berkumpul di Saqifah Bani Sa'ida di Madinah untuk membahas siapa
yang akan menggantikan posisi Nabi sebagai pemimpin umat Islam. Dalam pertemuan
tersebut, beberapa kelompok berselisih mengenai siapa yang layak menjadi
khalifah. Beberapa mendukung Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu
Nabi, sementara yang lain mengusulkan Abu Bakar As-Shiddiq, yang merupakan
sahabat dekat Nabi dan memiliki kedudukan tinggi di kalangan umat Islam.
Melalui musyawarah dan konsensus,
akhirnya Abu Bakar As-Shiddiq dipilih sebagai khalifah pertama.
Pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah pertama menunjukkan komitmen umat Islam
pada prinsip musyawarah (syura), yang menjadi dasar kepemimpinan Islam. Abu
Bakar dianggap sebagai sosok yang memiliki keteguhan iman, kebijaksanaan, dan
pengalaman dalam memimpin umat, baik dalam aspek agama maupun pemerintahan.
2.
Kepemimpinan Abu Bakar dan Tantangan Murtad
Abu Bakar memimpin umat Islam dalam
masa yang penuh tantangan. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah
gelombang pemberontakan dari berbagai suku Arab yang sebelumnya telah
menerima Islam, namun kembali murtad setelah Nabi Muhammad wafat. Abu Bakar
dengan tegas melawan pemberontakan ini melalui Perang Ridda, yang
akhirnya berhasil mengembalikan kesatuan umat Islam dan mempertahankan
keberlanjutan pemerintahan Islam.
3.
Umar bin Khattab: Kepemimpinan yang Tegas dan Pembangunan Infrastruktur
Setelah wafatnya Abu Bakar, Umar
bin Khattab dipilih sebagai khalifah kedua. Kepemimpinan Umar dikenal
dengan ketegasan, keadilan, dan fokus pada pembangunan infrastruktur negara. Di
bawah pemerintahan Umar, wilayah kekuasaan Islam berkembang pesat melalui
penaklukan wilayah-wilayah besar seperti Persia dan Mesir, serta
penyebaran ajaran Islam ke luar Jazirah Arab.
Umar juga dikenal karena reformasi
administratif yang diterapkan, termasuk sistem pembagian harta, pengaturan
keuangan negara, dan pengembangan sistem peradilan yang lebih adil. Di masa
kepemimpinan Umar, Islam juga mengalami kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan,
budaya, dan pemerintahan.
4.
Utsman bin Affan: Penulisan Al-Qur'an dan Ekspansi Wilayah Islam
Khalifah ketiga, Utsman bin
Affan, berperan penting dalam penataan administrasi pemerintahan dan
penyebaran Al-Qur'an. Salah satu kontribusi terbesar Utsman adalah penulisan
kembali Al-Qur'an dalam satu mushaf baku yang menghindari perbedaan
pembacaan di berbagai wilayah. Utsman juga memperluas wilayah kekuasaan Islam
ke wilayah yang lebih jauh, termasuk Afrika Utara dan Syam
(Syria).
Namun, masa pemerintahan Utsman
juga diwarnai dengan ketegangan politik dan ketidakpuasan dari sebagian
kelompok yang merasa tidak puas dengan kebijakan pemerintahan yang lebih
berfokus pada keluarga Utsman. Ketidakpuasan ini akhirnya memunculkan konflik
internal yang berujung pada pembunuhan Utsman.
5.
Ali bin Abi Thalib: Kepemimpinan dalam Masa Konflik
Ali bin Abi Thalib, yang merupakan sepupu dan menantu
Nabi Muhammad, menjadi khalifah keempat setelah pembunuhan Utsman. Kepemimpinan
Ali ditandai dengan keteguhan dalam menegakkan keadilan dan kebenaran, meskipun
masa pemerintahannya penuh dengan konflik internal.
Salah satu peristiwa besar pada
masa kepemimpinan Ali adalah Perang Jamal dan Perang Siffin, yang
melibatkan pertikaian antara Ali dan kelompok yang dipimpin oleh Aisyah,
Talhah, dan Zubair, serta kelompok yang dipimpin oleh Muawiyah bin Abi
Sufyan. Konflik-konflik ini berakhir dengan perdamaian, tetapi menyebabkan
perpecahan lebih lanjut dalam tubuh umat Islam yang akhirnya memunculkan
perbedaan yang mendalam, termasuk lahirnya aliran Syiah dan Sunni.
6.
Peran Khulafaur Rasyidin dalam Penyebaran Islam
Masa Khulafaur Rasyidin juga
merupakan periode yang sangat penting dalam sejarah penyebaran Islam. Mereka
tidak hanya memimpin umat Islam dalam hal internal, tetapi juga melakukan
penaklukan wilayah yang luas, membawa Islam ke wilayah-wilayah seperti Persia,
Syam, Mesir, dan Afrika Utara. Para khalifah pertama ini turut mengukuhkan
ajaran Islam sebagai agama yang bukan hanya spiritual, tetapi juga sebagai
dasar kehidupan sosial, politik, dan budaya.
Ideologi masa Khulafaur Rasyidin,
yang mencakup kepemimpinan empat khalifah pertama setelah wafatnya Nabi
Muhammad SAW—Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali
bin Abi Thalib—berfokus pada penerapan prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Mereka dikenal karena kepemimpinan yang adil,
sederhana, dan berlandaskan pada musyawarah serta hukum syariat.
Berikut
adalah beberapa aspek utama dari ideologi masa Khulafaur Rasyidin:
1.
Penerapan Syariat Islam dalam Pemerintahan
Para khalifah menerapkan
hukum-hukum Islam sebagai dasar dalam pengambilan keputusan politik dan sosial.
Mereka berusaha menegakkan keadilan dan kesejahteraan umat dengan berlandaskan
pada Al-Qur'an dan Hadis.
2.
Kepemimpinan yang Demokratis dan Musyawarah
Kepemimpinan pada masa ini
menekankan pada prinsip musyawarah (syura). Para khalifah sering berkonsultasi
dengan sahabat-sahabat besar dalam mengambil keputusan penting, mencerminkan
semangat demokratis dalam pemerintahan.
3.
Kesederhanaan dan Keadilan Sosial
Para khalifah hidup dengan
sederhana dan menekankan pada distribusi kekayaan yang adil. Mereka
memperhatikan kesejahteraan umat, termasuk kaum dhuafa, dan berusaha
menghilangkan kesenjangan sosial.
4.
Perluasan dan Penyebaran Islam
Masa Khulafaur Rasyidin juga
ditandai dengan ekspansi wilayah Islam yang pesat. Islam menyebar ke berbagai
wilayah, termasuk Persia, Syam, Mesir, dan sebagian besar wilayah Afrika Utara.
Para khalifah berusaha menyebarkan ajaran Islam dengan cara yang damai dan
toleran.
Demikian dari penjelasan diatas,
bisa disimpulkan bahwasannya saat Khulafaur Rasyidin menjadi khalifah pengganti
Nabi Muhammad SAW, tidak pernah meninggalkan syariat islam dan menjalankan apa
yang pernah diajarkan, dicontohkan dan diceramahi. Selain itu, hikmah dari masa
tersebut yaitu sebagai khalifah atau pengganti di muka bumi jangan sampai
menggunakan maslahat orang lain atau menyalahgunakan kekuasaan untuk individua
tau kerabat sendiri, karena dari yang sudah diperlihatkan akan menjadi
boomerang di kemudian hari. Sebagai kader Lakut ini bisa menjadi pelajaran bagi
kita agar kedepannya tidak sampai salah jalur.
Kontributor
: Muhammad Helmi Kurniawan
Editor : Ahmad Robith
Referensi
Ibrahim, A.
(2022). Contemporary Islamic discourse in the Malay-Indonesian world:
Critical perspectives. Strategic Information and Research Development
Centre.
Esposito, J. L.
(Ed.). (2003). The oxford dictionary of Islam. Oxford University
Press, USA.
Hitti, P. K. (2002).
History of the Arabs, Nueva York.
Muharrom, M. F.
(2024). Peradaban Islam pada Masa Khulafaur Rasyidin. Al-Ibrah: Jurnal
Pendidikan dan Keilmuan Islam, 9(1), 103-116.
Nasr, S. H. (2002).
Islamic Science: An Illustrated Study. World Wisdom.
Poonawala, I.
(1990). The History of al-Tabari: The Last Years of the Prophet.
Zainudin, E. (2015).
Peradaban Islam pada Masa Khulafaur Rasyidin. Intelegensia: Jurnal
Pendidikan Islam, 3(1).
Sumber: https://images.app.goo.gl/nrgVgXZSMim5R2Qs9
Komentar
Posting Komentar