Langsung ke konten utama

Liberalisme dan Kapitalisme serta Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari

 


Liberalisme dan kapitalisme merupakan dua konsep besar yang berpengaruh besar terhadap perkembangan peradaban modern. Keduanya berlandaskan pada penghargaan terhadap kebebasan individu, baik dalam aspek politik maupun ekonomi. Dalam masyarakat kontemporer, nilai-nilai liberalisme dan kapitalisme telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Untuk memahami lebih dalam, penting bagi kita mengenal prinsip dasar kedua ideologi ini serta bagaimana penerapannya dalam kehidupan nyata.

1.     Pengertian Liberalisme dan Kapitalisme

Menurut Kaelan (2004) dalam Filsafat Politik: Paradigma Baru Demokrasi dan Civil Society, liberalisme adalah ideologi yang menempatkan kebebasan individu sebagai nilai utama. Liberalisme menuntut agar setiap individu diberikan ruang seluas-luasnya untuk mengembangkan diri, berpendapat, beragama, dan berkarya, dengan batasan hanya pada penghormatan terhadap hak orang lain.

Sementara itu, kapitalisme adalah sistem ekonomi yang mendorong kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi serta pengelolaan sumber daya ekonomi berdasarkan prinsip pasar bebas. Seperti dijelaskan oleh Noor (2007) dalam Pengantar Ilmu Politik, kapitalisme menekankan bahwa keputusan produksi dan distribusi barang dan jasa ditentukan oleh mekanisme pasar, bukan oleh negara.

Meskipun liberalisme lebih menekankan aspek politik dan sosial, dan kapitalisme lebih berfokus pada ekonomi, keduanya sering berjalan beriringan dalam membentuk masyarakat modern yang menghargai kebebasan individu.

2.     Prinsip-prinsip Dasar

Beberapa prinsip utama liberalisme antara lain:

  • Kebebasan individu dalam segala aspek kehidupan.
  • Persamaan hak di hadapan hukum.
  • Pemerintahan terbatas untuk menghindari tirani.

Sedangkan prinsip-prinsip kapitalisme meliputi:

  • Kepemilikan pribadi atas sumber daya.
  • Kebebasan berusaha tanpa intervensi negara yang berlebihan.
  • Persaingan bebas untuk meningkatkan efisiensi dan inovasi.

3.     Penerapan Liberalisme dan Kapitalisme dalam Kehidupan Sehari-hari

Walaupun terkadang dianggap konsep yang berat, nilai-nilai liberalisme dan kapitalisme sebenarnya telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berikut beberapa penerapannya:

A.    Kebebasan dalam Menyampaikan Pendapat

Di era modern, setiap individu memiliki hak untuk menyuarakan pendapatnya, baik melalui media sosial, forum diskusi, maupun aksi unjuk rasa. Kebebasan ini merupakan penerapan nyata nilai liberalisme, sebagaimana ditegaskan dalam sistem demokrasi modern di Indonesia. Dalam batas hukum, setiap warga negara berhak mengkritik, memberi saran, dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

B.    Kebebasan Memilih Pendidikan dan Profesi

Masyarakat saat ini bebas memilih jalur pendidikan dan profesi yang diinginkan. Tidak ada kewajiban dari negara untuk menuntut warga mengambil jurusan atau pekerjaan tertentu. Misalnya, seorang mahasiswa di Indonesia dapat dengan bebas memilih menjadi dokter, seniman, pengusaha, atau aktivis sosial, tergantung pada minat dan kemampuan pribadinya.

C.    Hak Milik Pribadi dan Kewirausahaan

Dalam sistem kapitalis, hak untuk memiliki dan mengelola properti sangat dijunjung tinggi. Contoh penerapannya adalah masyarakat yang bebas memiliki rumah, membuka usaha sendiri, atau mengembangkan perusahaan startup. Pemerintah berfungsi sebagai pengatur dalam menjaga agar pasar tetap adil, tetapi tidak menguasai langsung semua sektor ekonomi. Di Indonesia, berbagai program seperti UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) merupakan contoh dukungan terhadap semangat kewirausahaan yang lahir dari prinsip kapitalisme.

D.    Variasi Produk dan Inovasi Pasar

Persaingan dalam sistem kapitalisme mendorong perusahaan untuk terus berinovasi dan menawarkan produk terbaik kepada konsumen. Akibatnya, masyarakat mendapatkan banyak pilihan, mulai dari makanan, pakaian, hingga teknologi. Misalnya, keberadaan berbagai merek smartphone di pasaran adalah hasil dari sistem pasar bebas yang mendorong kompetisi sehat.

E.    Demokrasi Ekonomi

Kapitalisme modern juga memberi peluang kepada individu untuk berpartisipasi dalam perekonomian, baik sebagai produsen maupun konsumen. Di Indonesia, kemajuan sektor digital seperti marketplace online membuka peluang bagi siapapun untuk berbisnis dengan modal kecil sekalipun.

4.     Tantangan dalam Penerapan Liberalisme dan Kapitalisme

Meskipun membawa banyak kemajuan, penerapan liberalisme dan kapitalisme tidak terlepas dari tantangan, antara lain:

  • Ketimpangan Sosial dan Ekonomi
    Kapitalisme yang tidak dikontrol dapat menyebabkan kesenjangan antara yang kaya dan miskin. Hal ini menuntut adanya regulasi pemerintah untuk menciptakan keadilan sosial.
  • Eksploitasi dan Degradasi Lingkungan
    Persaingan ekonomi kadang mendorong perusahaan mengabaikan aspek lingkungan demi keuntungan.
  • Penyalahgunaan Kebebasan
    Kebebasan individu yang tidak disertai tanggung jawab dapat menimbulkan masalah sosial, seperti ujaran kebencian atau kriminalitas di dunia maya.

Seperti yang dikemukakan oleh Magnis-Suseno (1987) dalam Etika Politik, kebebasan harus selalu diimbangi dengan tanggung jawab moral agar tercipta tatanan sosial yang adil dan harmonis.

5.     Kesimpulan

Liberalisme dan kapitalisme merupakan dua kekuatan besar yang membentuk masyarakat modern. Dalam kehidupan sehari-hari, nilai-nilai kedua ideologi ini tampak dalam kebebasan berpendapat, memilih profesi, memiliki properti, hingga berpartisipasi dalam pasar ekonomi. Namun, agar liberalisme dan kapitalisme benar-benar membawa kesejahteraan, keduanya harus diterapkan dengan prinsip keadilan sosial dan tanggung jawab moral. Dengan demikian, kebebasan yang diberikan tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang, melainkan oleh seluruh lapisan masyarakat.

 

Kontributor : Muhammad Bayu Aji Seto

Editor          : Ahmad Robith

 

Daftar Pustaka

  • Kaelan. (2004). Filsafat Politik: Paradigma Baru Demokrasi dan Civil Society. Yogyakarta: Paradigma.
  • Magnis-Suseno, Franz. (1987). Etika Politik: Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern. Jakarta: Gramedia.
  • Noor, Mochtar. (2007). Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Rajawali Pers.
  • Syafiie, Inu Kencana. (2006). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Harlah : Catatan kecil dalam sebuah perjalanan

         Sebuah catatan ini saya tuliskan ketika disela sela saya melihat story tentang ucapan harlah yang banyak bersliweran di story media sosial. Februari 2025 merupakan bulan ke 2 yang mungkin bagi sebagian orang bulan biasa tanpa perayaan apapun di dalamnya kecuali kalian ulang tahun. Nah di momen ini bagi sebagian orang lain merupakan momentum yang ditunggu yakni tanggal 24 Februari 2025 menjadi harinya rekan-rekan IPNU.      Di hari itu juga, momen yang tepat untuk merefleksi dan  memaknai kembali setahun bahkan lebih ketika mengenal IPNU pada pertama kalinya dan proses didalamnya. Ya, tentunya banyak yang berterima kasih di ruang juang ini. Tapi bagi saya yang selalu berpikiran suudzon terhadap sesuatu izinkan saya untuk menuangkan beberapa keresahan saya dalam bentuk refleksi yang saya catat kali ini.      Ya, betul banyak sekali yang berterima kasih berproses namun layaknya seorang sopir yang harus tahu tentang m...

Siapa Aku?

  ALYA SHOPIA kader IPPNU yang sedang perjalanan pulang selepas rapat, Ketika sampai di depan rumah, Alya melihat Pria di depan rumahnya dengan sebuah kutipan di belakang kaosnya “Cogito Ergo Sum” (aku berpikir, maka aku ada) – RenĂ© Descartes 1596. Membuat Alya terkesan dan menghampirinya. Alya menatapnya, mencoba mengenali wajahnya yang begitu tertutup. “Siapa Kamu ?” Tanya Alya tanpa sadar Pria itu terdiam sejenak, lalu menjawab “Aku.... aku adalah bagian dari dirimu yang belum kamu kenali” Dengan rasa penasaran yang masih menggantung dikeplanya, Alya meninggalkan pria misterius itu sambil menggaruk kepalanya. Sampai di depan pintu Alya melihat Amplop Surat tergelatak. Tak ada petunjuk pengirim, hanya sebait kalimat: “Siapa sebenarnya dirimu, Alya? , Apa makna pilihan yang kamu buat hari ini?” Baru beberapa detik membaca, jantungnya berdebar, di balik kesederhanaan kata itu tersembunyi misteri yang bisa mengguncang segala keyakinan tentang jati diri. Hari itu,...

Kawan atau sekedar Klik

  Ponsel Alya bergetar berkali-kali sebelum azan Subuh. Kembali, grup WhatsApp IPNU-IPPNU penuh dengan pesan. Semuanya dimulai dengan poster pendidikan, stiker, jokes, dan perdebatan panjang tanpa peringatan tentang siapa yang bertanggung jawab atas jadwal pengajian. Bahasa mulai meninggi. Perlahan-lahan muncul sarkas, seolah-olah mereka dapat membenarkan sikap yang tidak akan pernah mereka katakan jika mereka berhadapan langsung. "Kenapa sih grup pengkaderan malah seperti ring tinju?" tanya Rania, yang masih terpejam. Alya hanya berfokus pada layar. Ia merasa ada kesalahan. Namun, di mana letak kesalahannya? Di kelas filsafat keesokan harinya, Dosen Munir menulis sebuah kalimat besar di papan tulis: “mengatakan sesuatu berarti melakukan sesuatu” Alya memperhatikannya baik-baik. Austin (1911) filsuf Inggris, meyakini bahwa ucapan manusia bukan sekadar deskripsi. Ucapan adalah tindakan. Ketika seseorang mengatakan "saya janji" , ia tidak hanya menyebut fakt...