Langsung ke konten utama

Postingan

Kawan atau sekedar Klik

  Ponsel Alya bergetar berkali-kali sebelum azan Subuh. Kembali, grup WhatsApp IPNU-IPPNU penuh dengan pesan. Semuanya dimulai dengan poster pendidikan, stiker, jokes, dan perdebatan panjang tanpa peringatan tentang siapa yang bertanggung jawab atas jadwal pengajian. Bahasa mulai meninggi. Perlahan-lahan muncul sarkas, seolah-olah mereka dapat membenarkan sikap yang tidak akan pernah mereka katakan jika mereka berhadapan langsung. "Kenapa sih grup pengkaderan malah seperti ring tinju?" tanya Rania, yang masih terpejam. Alya hanya berfokus pada layar. Ia merasa ada kesalahan. Namun, di mana letak kesalahannya? Di kelas filsafat keesokan harinya, Dosen Munir menulis sebuah kalimat besar di papan tulis: “mengatakan sesuatu berarti melakukan sesuatu” Alya memperhatikannya baik-baik. Austin (1911) filsuf Inggris, meyakini bahwa ucapan manusia bukan sekadar deskripsi. Ucapan adalah tindakan. Ketika seseorang mengatakan "saya janji" , ia tidak hanya menyebut fakt...

Siapa Aku?

  ALYA SHOPIA kader IPPNU yang sedang perjalanan pulang selepas rapat, Ketika sampai di depan rumah, Alya melihat Pria di depan rumahnya dengan sebuah kutipan di belakang kaosnya “Cogito Ergo Sum” (aku berpikir, maka aku ada) – René Descartes 1596. Membuat Alya terkesan dan menghampirinya. Alya menatapnya, mencoba mengenali wajahnya yang begitu tertutup. “Siapa Kamu ?” Tanya Alya tanpa sadar Pria itu terdiam sejenak, lalu menjawab “Aku.... aku adalah bagian dari dirimu yang belum kamu kenali” Dengan rasa penasaran yang masih menggantung dikeplanya, Alya meninggalkan pria misterius itu sambil menggaruk kepalanya. Sampai di depan pintu Alya melihat Amplop Surat tergelatak. Tak ada petunjuk pengirim, hanya sebait kalimat: “Siapa sebenarnya dirimu, Alya? , Apa makna pilihan yang kamu buat hari ini?” Baru beberapa detik membaca, jantungnya berdebar, di balik kesederhanaan kata itu tersembunyi misteri yang bisa mengguncang segala keyakinan tentang jati diri. Hari itu,...

Liberalisme, Komunisme dan Sosialisme

    Liberalisme merupakan paradigma berfikir dan kebudayaan yang tengah menjadi mainstream dunia. Dimana atmosfir pemikiran maupun konstelasi kemanusiaan kontemporer didominasi paradigma liberal ini. Berbagai perubahan yang melahirkan idiom-idiom global, seperti kebebasan pers, pasar bebas, serta demokrasi, nampaknya tidak dapat dilepaskan dari liberalisme sebagai titik tolaknya. Idiom-idiom tersebut secara imperatif memaksakan perubahan di berbagai kawasan dunia, tidak hanya dalam hal tatanan politik dan ekonomi, melainkan juga pada budaya, bahkan agama sekalipun. Runtuhnya komunisme yang kadang juga dimaknai sebagai kekalahan sosialisme yang pada kurun modern berdiri sebagai pesaing politik utamanya di tingkat global maupun domestik menempatkan liberalisme sebagai satu-satunya paradigma yang harus “diimani” dan “diamini” seluruh negara, bangsa dan umat manusia. Peradaban dunia seolah harus menerima tegaknya tata nilai kemanusiaan baru menggantikan nilai-nilai tradisional...

KHULAFAUR RASYIDIN

  Setelah Nabi Muhammad SAW wafat pada tahun 632 Masehi atau tahun 11 H, terdapat empat sahabat Rasulullah SAW yang kemudian dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin. Siapa saja khulafaur rasyidin tersebut?      Pengertian khulafaur rasyidin (الخلفاء الراشدون) atau khalifah ar-rasyidin adalah empat orang khalifah yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan Nabi Muhammad setelah beliau wafat. Khulafaur Rasyidin ini dapat diartikan secara harfiah sebagai para pemimpin yang mendapatkan petunjuk. Empat sahabat Rasul yang termasuk dalam khulafaur rasyidin adalah Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Penjelasan tentang khulafaur rasyidin ini juga dapat ditemukan dalam firman Allah QS. At Taubah ayat 100:   وَال َّ سابقُِونَ الأْ َّ وَلوُنَ مِنَ الْمُهَاجِريِنَ وَالأْنَْصَار وَالَّ ذِينَ اتَّ بَعُوهُمْ بإِِحْسَانٍ رَضِيَ ﷲَّ ُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأعََ َّ د لهَُمْ جَ َّ ناتٍ تجَْريِ تحْ...

KEHIDUPAN PASCA KHULAFAUR RASYIDIN : PERUBAHAN DALAM SEJARAH ISLAM

  Masa Khulafaur Rasyidin,yaitu kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, dikenal sebagai masa keemasan yang penuh dengan keadilan, kesederhanaan, dan kedekatan antara pemimpin dan rakyat. Namun, setelah masa ini berakhir, terjadi perubahan besar baik dalam sistem pemerintahan, kehidupan sosial, hingga dinamika keagamaan. BERAKHIRNYA KEPEMIMPINAN KHULAFAUR RASYIDIN Khulafaur Rasyidin berakhir setelah wafatnya Ali bin Abi Thalib pada tahun 661 Masehi. Setelah itu, kekuasaan Islam tidak lagi dipilih melalui musyawarah sebagai mana yang diterapkan pada masa Khulafaur Rasyidin. Sebaliknya, kepemimpinan Islam berubah menjadi bentuk kerajaan turun-temurun. Ini dimulai dengan berdirinya Dinasti Umayyah di bawah Muawiyah bin Abi Sufyan. Muawiyah membentuk sistem pemerintahan baru dimana kekuasaan diwariskan kepada keturunan, berbeda dengan konsep pemilihan khalifah sebelumnya. Ini menjadi ciri utama perubahan politik Islam pasca...